Assalamualaikum Wr. Wb

SELAMAT DATANG

ADNIN JAMILAH

I come just to be me, not to prove anything. Saya pernah jatuh, saya pernah berlari terlalu kencang, saya pernah merangkak, saya pernah terbangun lagi, saya pernah marah, saya pernah sedih, saya pernah menyesal, saya pernah merasa "buta", saya pernah merasa "tuli", namun saya yakin bahwa DIA tidak akan pernah meninggalkan saya







Minggu, 27 Februari 2011

Hidup bermakna , "cerita"



Betulkah hidup bermakna itu berarti hidup yang selalu menolong orang lain? Jika begitu, sungguh kasihan sekali orang-orang yang hidupnya lebih banyak ditolong oleh orang lain. Maka apakah orang-orang yang lebih banyak ditolong itu menjadi tidak bermakna? Saya rasa tidak adil, karena setiap orang bermakna. Setiap orang berhak merasakan hidupnya bermakna, bukan terikat pada aturan.
Kata salah satu teman saya, hidup bermakna itu adalah hidup yang bermanfaat bagi semua makhluk Tuhan, dan jangan sampai kita hidup di dunia Cuma numpang aja, dan lewat begitu aja. Betulkah seperti itu? Saya rasa tidak. Setiap orang memiliki manfaat bagi orang lain, tapi bukankah kita tidak boleh membanggakan diri sendiri? Apa kita harus membuat visi dan misi, bahwa kita harus menjadi pahlawan bagi orang lain? Bukankah Tuhan menilai apa yang ada di dalam diri kita, dan dari apa yang kita lakukan, bukan dari pandangan orang lain terhadap diri kita?
Apakah hidup bermakna itu berarti kita harus sering mengatakan “bersedekahlah”, “bantulah orang lain”, “sisihkanlah uangmu”, dan lainnya? Ya memang bagus jika kita mengatakannya untuk mengingatkan orang lain, tapi kalau kita mengatakannya agar kita terlihat dermawan di mata orang lain, untuk apa? Kalau begitu, orang-orang yang tidak mampu bersedekah dengan banyak, berarti hidupnya tidak bermakna, ya, huh? Kasihan sekali jika orang kurang mampu dianggap hidupnya tidak bermakna.
Ok, kita kembali pada orang yang bermanfaat bagi orang lain. Saya rasa, setiap orang memiliki nilai manfaat bagi orang lain, walaupun dia buta, dia tuli, dia bisu, dia memiliki keterbelakangan mental, bahkan seorang budak pun memiliki nilai manfaat. Jika orang-orang yang dianggap bermanfaat bagi orang lain itu hanya orang-orang yang berdedikasi tinggi, dan sehat fisik dan rohani, sungguh kasihan orang-orang yang tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya, yang hanya dapat menyumbang Rp 500 untuk berbagai bencana, yang memiliki keterlambatan dalam berpikir?
Jadi, saya rasa tiap hidup orang itu bermakna. Bahkan tukang sampah pun bermakna bagi orang lain. Dia yang mengambilkan sampah-sampah di tempat sampah. Coba bayangin, kalau nggak diambilin, sampah kan lama-lama numpuk, bau, dan nanti akan membuat kita sakit. Besar kan maknanya bagi orang lain. Dan jangan pernah merasa hidup kita tidak bermakna. Kita naik angkot, maka uang kita akan bermakna bagi sopir angkot, dan juga pengusaha angkotnya. Kita beli bakso, maka uang kita akan bermakna bagi abang baksonya. Kita buang kulit pisang yang ada di jalan, maka kita sudah berhasil mengurangi resiko kecelakaan yang mungkin terjadi karena adanya kulit pisang tersebut.
Menurut saya, hidup bermakna bukan berarti kita harus sukses di mata orang lain, tapi hidup bermakna tergantung pola pikir kita sendiri, apa yang dapat kita lakukan, dan jauh dari keinginan menjadi pahlawan kesorean di mata orang lain. Berbahagialah orang-orang yang merasa hidupnya bermakna, itulah tanda orang yang bersyukur setiap waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar